Islam mengajarkan menuntut ilmu itu berlangsung seumur hidup. Tidak dikenal batasan waktu dalam mencarinya. Rasulullah mengajarkan, "Menuntut ilmu hukumnya wajib bagi setiap Muslim." (HR Thabrani). Dalam hadis dengan perawi lain, Rasulullah SAW juga menekankan hal yang sama. "Tuntutlah ilmu dari masa buaian sampai menjelang masuk liang kubur." (HR Bukhari).
Wahyu Rasulullah sendiri merupakan uswah pertama dalam menuntut ilmu. Wahyu pertama yang beliau terima adalah perintah untuk menjadi orang berilmu melalui membaca (QS Al-Alaq [96]: 1-5). Alquran dibaca supaya hidup teratur, sejarah dibaca supaya tahu peninggalan para leluhur, dan alam dibaca supaya lahir karya-karya yang luhur. Melalui bacaan ilmu pengetahuan diperoleh dan seseorang menjadi bijak dalam tutur kata dan perbuatan.
Menuntut ilmu juga tidak dibatasi oleh tempat. Dalam sebuah hadis riwayat Ibnu Uda, Rasulullah memerintahkan untuk menuntut ilmu sampai ke negeri Cina. Ini merupakan indikasi nyata bahwa Islam sangat menghargai ilmu pengetahuan.
Ketika Rasulullah menganjurkan untuk belajar sampai ke negeri Cina tentu bukan harus belajar tafsir di sana, sebab bukan tempatnya. Begitu juga di Cina bukan tempat untuk belajar shalat ataupun menunaikan zakat. Cina pada zaman Nabi Muhammad SAW, 14 abad silam, adalah negara yang sudah maju dalam ilmu pengetahuan, teknologi, industri, dan perdagangan.
Sehingga, Rasulullah menyuruh umatnya untuk belajar teknologi, perdagangan, dan industri sekalipun kepada orang yang berbeda keyakinan. Begitu istimewanya orang yang menuntut ilmu sampai diperbolehkan oleh Rasulullah untuk iri kepada mereka. Tentu saja iri tatkala ilmunya bermanfaat bagi orang lain. Rasulullah bersabda, "Tidak boleh hasud (iri) kepada orang lain kecuali kepada orang yang diberi kekayaan oleh Allah, kemudian ia menggunakannya untuk membela kebenaran dan kepada orang yang diberi ilmu tatkala ilmunya diamalkan dan diajarkan kepada orang lain." (HR Bukhari Muslim).
Oleh karenanya, kedudukan orang yang mencari ilmu sangat luhur sampai Allah menjanjikan posisi yang amat tinggi bagi mereka. "… Allah mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan orang yang berilmu beberapa derajat …" (QS Al-Mujadilah [58]: 11). Demikian pula usaha untuk mencari dan menggali ilmu diganjar oleh Allah dengan pahala seumpama orang yang sedang berjuang di jalan Allah. "Siapa yang keluar rumah untuk menuntut ilmu maka ia berjuang fisabilillah hingga kembali ke rumahnya." (At-Tirmidzi).
Dan yang paling utama, dengan keluhuran ilmunya seseorang akan memperoleh kedudukan sebagai ahli waris para nabi. Bukan hanya Nabi Muhammad, namun ahli waris seluruh nabi semenjak Nabi Adam AS. "Para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Yang mereka wariskan adalah ilmu. Seseorang yang mendapatkannya, sungguh ia telah mendapatkan bagian yang banyak." (HR Abu Dawud dan Tirmidzi). Maka, janganlah lelah menuntut ilmu, saudaraku.
0 komentar:
Posting Komentar